6 Kesalahan Fatal dalam Mengajar Bahasa Inggris

Posted on

6 Kesalahan Fatal dalam Mengajar Bahasa Inggris – Di bawah ini, terurai beberapa kesalahan yang termasuk fatal ketika guru mengajar bahasa Inggris di kelas.

1. Guru terlalu banyak mengambil porsi “Teacher’s Talk”. Dalam mengajar speaking (berbicara) hal ini merupakan kesalahan fatal yang terkadang tidak disadari oleh guru. Guru terlalu bersemangat sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara. Padahal dalam kegiatan speaking siswa harus lebih aktif berbicara dari pada guru. Untuk hal ini, guru perlu lebih mengevaluasi porsi berbicaranya, namun bukan berarti guru hanya diam dan tidak memberikan koreksi.

Guru tetap mengevaluasi aspek-aspek dalam speaking yang harus dipenuhi oleh siswa. Guru mungkin perlu membuat kegiatan yang memberikan banyak kesempatan siswa berbicara misalnya dengan teknik diskusi, story telling, presentasi, dan teknik-teknik lainnya yang mengacu pada communicative approach (pendekatan komunikatif). Dalam kegiatan tersebut guru berperan sebagai fasilitator, memberikan instruksi, memberikan contoh secukupnya, evaluasi, serta saran atau kritik. Selebihnya biarkan siswa mengeksplor diri mereka.

2. Membiarkan siswa berbicara dalam bahasa Indonesia sepanjang kelas bahasa Inggris berlangsung. Dalam artian, siswa tidak diajak untuk berusaha berbicara bahasa Inggris dan siswa tidak berbicara dalam bahasa Inggris sedikitpun dalam proses belajar. Mungkin bisa diberikan system reward dan punishment bagi siswa yang aktif dan bagi siswa yang enggan mencoba atau yang kedapatan tidak berkomunikasi dengan bahasa Inggris di dalam kelas.

3. Berbicara bahasa Inggris dengan level yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa. Maksudnya adalah bahasa Inggris yang digunakan dalam memberi instruksi atau penjelasan kepada siswa tidak sama levelnya dengan kemampuan siswa. Gunakanlah diksi-diksi atau istilah-istilah yang sederhana dan yang lebih mudah dimengerti oleh siswa. Sesuaikan pula kecepatan dalam berbicara bahasa Inggris dengan kecepatan daya tangkap siswa.

4. Menginterupsi jawaban siswa atau mengoreksi sebelum siswa menyelesaikan kalimatnya. Ketika siswa sedang berusaha menjawab dan menyelesaikan kalimatnya, tunggulah sampai ia selesai, kemudian barulah kita mengoreksi.

Biarkan siswa menjawab dengan apa yang mereka tahu dan yang bisa mereka katakan dalam bahasa Inggris, bagaimanapun yang mereka ucapkan dalam bahasa Inggris. Setelah mereka menyelesaikan kalimatnya, barulah koreksi jawaban mereka. Kita bisa meminta siswa lain untuk membantu sesama rekan mereka atau juga kita bisa memberikan contoh atau model yang lebih tepat.

5. Tidak memeriksa pemahaman siswa. Kebanyakan siswa hanya mengangguk jika ditanya sudah paham atau belum. Namun, perlu dikonfirmasi ulang tentang makna dari anggukan tersebut. Apakah mereka benar-benar paham? Untuk mengetahuinya, Kita perlu memeriksanya dengan cara memberikan soal latihan, minta siswa maju ke depan kelas dan menjawab soal latihan tersebt secara bergantian, bisa juga dengan meminta mereka memberikan contoh dari apa yang telah kita jelaskan, atau meminta mereka untuk menjelaskan kembali penjelasan kita.

6. Berfokus pada aktivitas siswa di kelas daripada apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Pembelajaran di dalam kelas memang perlu menyenangkan bagi siswa dan membuat siswa aktif di dalam aktivitas belajar dan mengajar. Namun, kita perlu mengingat tentang pentingnya kebutuhan siswa yang sesungguhnya, tentang materi yang sebenarnya mereka butuhkan dalam belajar bahasa Inggris. Siswa tidak selalu tertarik pada game, diskusi kelompok, atau aktivitas yang mendorong keaktifan mereka.

Kegiatan yang menyenangkan dan membuat siswa aktif tetap diperlukan, tetapi kita perlu mengutamakan kebutuhan siswa. Kita tidak hanya bertugas mengefektifkan waktu dalam durasi pembelajaran di kelas, namun yang terpenting juga adalah memenuhi kebutuhan siswa, kebutuhan tentang apa yang ingin dicapai oleh siswa, kompetensi dan kemampuan yang perlu dipenuhi siswa. Pastikan bahwa serangkaian kegiatan pembelajaran bahasa Inggris yang kita ciptakan focus dan mampu memenuhi kebutuhan siswa.